Kamis, 30 April 2009

Nilai dan Manfaat Tungkaran sebagai Lahan Basah di Martapura

Pada tugas kali ini, saya akan mendiskripsikan tentang kondisi lahan basah pada titik koordinat S: 30 23’ 55,7’’ dan E: 1140 49’ 32,5” yang terletak di desa Tungkaran, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Saat pertama kali memasuki daerah ini, yang terlihat di kanan dan kiri jalan hanyalah hamparan Eceng gondok. Ada pula tanaman lain, seperti padi, teratai putih, pohon pisang serta rerumputan. Meskipun demikian, Eceng gondok tetap mendominasi wilayah ini.


Pemandangan Rawa Tungkaran yang dipenuhi oleh Eceng Gondok


Ketika menelusuri jalan yang membagi wilayah wetland ini, saya melihat di pinggir jalan beberapa orang yang sedang memancing. Seharusnya, di daerah yang dominan ditumbuhi Eceng gondok ini populasi ikannya tentu hanya sedikit. Nyatanya rawa ini masih ramai dikunjungi oleh masyarakat sekitar sebagai area memancing, meskipun hasil tangkapannya pun tidak seberapa dan hanya ikan yang memang hidup di habitat rawa. Selain itu, di sana juga ada beberapa orang yang sedang membuka lahan yang tertutup Eceng gondok tersebut untuk dijadikan lahan pertanian.



Warga dengan ikan hasil tangkapannya



Warga yang sedang membuka lahan untuk pertanian


Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan, beberapa vegetasi yang saya ketahui yang tumbuh di Tungkaran, meliputi:

1. Eceng Gondok

Klasifikasi Eceng Gondok

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Suku : Pontederiaceae
Marga : Eichhornia
Jenis : Eichhornia crassipes Solms


Seperti yang telah saya kemukakan sebelumnya, daerah Tungkaran ini didominasi oleh Eceng gondok (Eichhornia crassipes), yang dalam bahasa banjar disebut dengan ”Ilung”. Banyak orang yang mengatakan bahwa Eceng gondok merupakan tumbuhan pengganggu (gulma) di perairan karena pertumbuhannya yang sangat cepat. Pertumbuhan Eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium, sedangkan kandungan garam dapat menghambat pertumbuhan Eceng gondok


Selain itu, Eceng gondok juga dapat menghambat lancarnya arus air, mempercepat proses pendangkalan karena memiliki kemampuan untuk menahan partikel-partikel yang terdapat dalam air, dan merupakan sarang dari berbagai vektor penyakit, seperti nyamuk, sehingga lingkungan menjadi kurang bersih.


Akan tetapi, eceng gondok juga mempunyai valuasi bagi manusia, misalnya merupakan sumber lignoselulosa yang dapat dikonversi menjadi produk yang lebih berguna, seperti pakan ternak. Eceng gondok juga mampu mengikat unsur logam dalam air. Daunnya bisa dipakai bahan pakan ternak. Seratnya bisa dipakai sebagai bahan kerajinan tangan, misalnya tas. Batangnya pun dapat dipakai sebagai penyangga rangkaian bunga.


Menurut keterangan warga, pemanfaatan Eceng gondok sebagai pupuk dan juga bahan kerajinan tangan sudah mulai dilakukan oleh warga sekitar. Untuk pembuatan pupuk, hanya dapat dilakukan saat musim kemarau, karena Eceng gondok yang kering setelah disemprot dengan bahan kimia tertentu akan mengalami pembusukan lalu menjadi pupuk yang dapat menyuburkan tanaman, sedangkan pada musim penghujan cara tersebut kurang efektif dilakukan mengingat kondisi lahan yang basah akan membuat Eceng gomdok mengendap di dasar rawa dan dapat menggangu pertumbuhan tanaman lain.. Untuk itulah pada musim penghujan ini, Eceng gondok yang telah mati ditimbun di pinggir jalan untuk mempelancar dekomposisinya.



Eceng gondok yang ditimbun di jalan

2. Teratai Putih

Klasifikasi Teratai Putih

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Nymphaeales
Famili :
Nymphaeaceae
Genus :
Nymphaea
Spesies : Nymphaea alba L.


Tanaman teratai ini juga memiliki manfaatnya tersendiri, misalnya dapat diolah berbagai menu kuliner yang lezat sekaligus menyehatkan, seperti sup teratai, es teratai, sekuteng teratai, ayam bungkus daun teratai, hingga nasi bungkus daun teratai. Secara keseluruhan, setiap batang teratai sangat berguna dalam hal medis, berkhasiat sebagai tonik untuk jantung, lever, lambung, dan limpa. Selain itu juga dapat menghentikan pendarahan, mengobati muntah darah, meningkatkan tekanan darah, diare hingga hipertensi. Adapun bagi kaum hawa, tanaman ini juga berkhasiat sebagai bahan kecantikan, seperti untuk menghaluskan kulit, menunda penuaan, dan mengurangi berat badan.


3. Padi Siam
Klasifikasi tumbuhan padi

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Classis : Monocotyledoncae

Ordo : Poales

Familia : Poaceae

Genus : Oryza

Spesies : Oryza Sativa



Padi merupakan tanaman yang ditanam oleh para penduduk sekitar, baik untuk konsumsi sendiri, dijual, maupun pakan ternak. Jenisnya pun bervariasi, seperti padi siam saba, padi siam serai dan padi siam mutiara. Penanamannya pun sangat dipengaruhi oleh musim dan kadar air pada rawa.


Padi siam mutiara sangat cocok dikonsumsi oleh para penderita penyakit diabetes mellitus atau sensitif gula darah, karena Beras Siam Mutiara mempunyai keunggulan tersendiri dari beras-beras yang lainnya. Beras yang lain mempunyai kadar karbohidrat cukup tinggi, 80%, sedangkan beras siam mutiara mempunyai kadar karbohidrat 48,88% dan ini cocok di konsumsi oleh orang yang menderita penyakit diabetes.


Selain Vegetasi tersebut, di sana juga terdapat berbagai jenis rerumputan dan tanaman lainnya seperti terlihat pada gambar.









Menurut keterangan warga, jenis ikan yang hidup di rawa ini ada berbagai macam, yaitu ikan kapar, ikan sepat, ikan papuyu/betok dan ikan haruan/gabus (Channa striatus) .



ikan sepat hasil tangkapan warga


Sebagai mahasiswa FMIPA program studi Matematika, saya tertarik dengan faktor penyebab laju pertumbuhan Eceng gondok di daerah ini. Mengingat banyaknya Eceng gondok yang tumbuh subur tetapi pemanfaatannya kurang maksimal.


Permodelan matematika untuk laju pertumbuhan Eceng gondok perbulan untuk 1 hektar lahan adalah:

y = ± (x1 + 30x2 + x3 + 30x4 + 30x5 + 30x6 – 30x7)
di mana:

y = laju perjumbuhan Eceng gondok (m/bulan)

x1 = rata-rata kedalaman rawa selama sebulan (m)

x2 = curah hujan (mm/bulan)

x3 = derajat keasaman (pH)

x4 = kandungan nitrogen dalam air (molal)

x5 = kandungan fospat dalam air (molal)

x6 = kandungan potasium dalam air (molal)

x7 = kandungan garam dalam air (molal)



Contoh perhitungan data:

Pada Bulan Maret 2009, rata-rata kedalaman air rawa di Tungkaran adalah 0,57 m, curah hujan 15,6 mm/bulan, pH air 4,3 , kandungan nitrogen 0,2 m, kandungan fospat 3,27 molal, kandungan potasium 1,96 molal, dan kandungan garam 1,24 molal.

Laju pertumbuhan Eceng gondok pada bulan Maret 2009 adalah:

y = ± (0,57 + 15,6 + 4,3 + 30 . 0,2 + 30 . 3,27 + 30 . 1,96 – 30 . 1,24)

= ± (0,57 + 15,6 + 4,3 + 6 + 98,6 + 58,8 – 32,7)

= ± 151,17 m/bulan

Jadi, laju pertumbuhan Eceng gondok pada bulan Maret 2009 ± 151,17 m/bulan untuk 1 hektar lahan Eceng gondok


Dengan banyaknya Eceng gondok yang tumbuh di rawa Tungkaran ini, sudah seharusnya kita dapat memanfaatkannya semaksimal mungkin. Seperti yang telah dilakukan oleh warga sekitar dengan menanam padi serta palawija yang pupuknya berasal dari Eceng gondok yang telah terdekomposisi. Selain itu, juga dimanfaatkan sebagai area memancing.


Menurut saya masih banyak yang dapat dilakukan terhadap Rawa Tungkaran ini agar valuasinya benar-benar bermanfaat dan menjadi sumber mata pencaharian penduduk setempat, seperti mengoptimalisasi Enceng gondok sebagai bahan kerajinan tangan agar dapat menjadi komoditas ekspor, menjadikan area tersebut sebagai area rekreasi, misalnya membuat tambak ikan.


Akan tetapi hal ini mungkin terkendala karena kurangnya pengetahuan penduduk setempat dan masih adanya penduduk yang menggunakan area tersebut sebagai tempat MCK.


kakus yang digunakan oleh warga setempat


Untuk itu diperlukan penyuluhan agar masyarakat mengerti akan manfaat dan nilai Rawa Tungkaran bagi kehidupan sosial dan perekonomian mereka.